pop | arts whatever

Monday, January 21, 2008

Feminisme Gelombang Kedua

Begitu lampu menyala, teman saya langsung menarik nafas dan berkata, “Jadi, kesimpulannya laki-laki itu jahat.”

Saya setuju, laki-laki memang jahat. Tapi, pesan moral dari film yang baru saja kami tonton itu, saya kira bukan itu. Apa boleh buat, sebuah film yang secara khusus dibuat untuk menyampaikan sebuah pesan, memang justru berisiko disalahpahami. Atau, dengan kata lain, harus siap ditafsirkan berbeda dengan apa yang dimaui pembuatnya.

Masalahnya terletak pada kejernihan cerita.

Seperti tersirat jadi judulnya yang lebih bernuansa faktual (dan politis) ketimbang fiksional, film ini sejak awal memang mengemban misi tertentu, yakni memberi pencerahan (baca: menyadarkan) kepada kaum perempuan mengenai hak-hak mereka.

Dalam acara Silat Lidah di AN-TV edisi promosi film ini, para perempuan yang terlibat dalam film ini, dari sutradara, aktris hingga penulis cerita mengajak para perempuan agar berbondong-bondong menonton film ini bersama suami mereka. Para feminis gelombang kedua –setelah gelombang pertama tampil lewat lembaga-lembaga riset, akademis dan agama, jurnal ilmiah, LSM serta sastra— telah menyeruak ke muka dengan semangat yang menggebu-nggebu.

Mereka telah merobohkan benteng terakhir persembunyian ideologi patriarki, yang selama ini belum tersentuh, yakni film. Ah, kadang-kadang saya memang suka agak hiperbol. Kenyataannya, Perempuan Punya Cerita adalah (atau hanyalah?) kumpulan 4 cerita (pendek) dari 4 sutradara dan dua penulis skrip yang berbeda, yang semuanya dimaksudkan untuk mengangkat isu penting dari dunia perempuan.

Cerita Pulau membawa misi pencerahan mengenai aborsi. Cerita Yogyakarta menyisipkan pesan yang hampir sama, dengan fokus pada pergaulan bebas remaja. Cerita Cibinong mengangkat isu gawat perdagangan anak-anak perempuan. Terakhir, Cerita Jakarta tentang penderitaan berganda terhadap perempuan penderita HIV/AIDS.

Jika tadi di atas telah dibilang, masalahnya adalah kejernihan cerita, kecuali Cerita Jakarta, film ini memang bermasalah dengan itu. Ibaratnya, film ini menempuh jalan yang terlalu berliku untuk sampai pada pesan yang diinginkannya. Seperti kalimat yang berputar-putar, berayap-sayap, sehingga apa yang ingin disampaikannya menjadi kabur atau kurang jelas.

Pada Cerita Pulau dan Cibinong, kita melihat begitu banyak “cerita”, begitu banyak "konflik" sehingga cerita kurang berhasil memberikan “kesan tunggal” yang kuat. Bidan yang terpanggil untuk memperjuangkan hak aborsi bagi perempuan yang memang “harus” melakukannya dalam Cerita Pulau, harus bergulat dengan dirinya sendiri yang menderita kanker stadium tiga. Sedangkan, yang “harus” aborsi itu adalah perempuan cacat mental yang rambutnya sangat rapi dan gaunnya selalu mewah –kontras dengan kondisi keluarganya yang (sangat) miskin—yang diperkosa oleh lelaki-lelaki pelabuhan. Fokus dan simpati kita jadi terpecah-pecah. Gambar-gambar yang gelap menambah kesan keruwetan cerita, dan pengadeganan yang “nggak mau repot” membuat film ini tak kunjung sampai pada kepaduan makna yang membekas.

Cerita Yogyakarta bahkan terjatuh ke dalam sketsa karikatural yang nyaris absurd, dan saya malas sekali untuk membahas bagian ini.

Pada Cerita Cibinong, perhatian dan simpati kita kembali terpecah, kali ini antara diva dangdut kelas kampung yang bermimpin sukses di Jakarta dengan anak perempuan yang menjadi korban sindikat perdagangan manusia. Memang, kedua “sub teks” tersebut saling berkaitan namun beban konfliknya menjadi terlalu banyak, terutama pada si korban trafficking itu, yang sebelumnya harus menghadapi pelecehan seksual oleh pacar ibunya sendiri.

Bagian favorit saya adalah Cerita Jakarta: sederhana, rapi, mengalir, matang dan solid. Ini cerita yang paling tidak berteriak, juga paling lembut menyisipkan pesannya, namun justru efektif dan menyentuh. Cerita ini berhasil menggambarkan, betapa perempuan, dibanding dengan laki-laki, jauh lebih rentan terhadap ancaman HIV/AIDS, dan sekali terkena, itu menjadi sumber penderitaan yang berlapis.

Secara keseluruhan, film ini tampak dengan sengaja mengedepankan concern terhadap isu tertentu yang berkaitan dengan tubuh perempuan, dan bahkan dipersempit lagi ke organ reproduksi, dari sebegitu kompleksnya masalah keperempuanan di Indonesia yang barangkali masih banyak lainnya yang lebih menyentuh kehidupan keseharian kaum perempuan. Bukan berarti seks, aborsi dan trafficking tidak penting, tapi berangkat dari yang “lebih kecil” dan sehari-hari mungkin akan lebih mengena, mudah dipahami dan "nyampe". Daripada, disalahpahami sebagai, misalnya, mengkampanyekan legalisasi aborsi. Ini misalnya, lho!

8 Comments:

Blogger Iman Brotoseno said...

seorang teman berkata, film ini hanya berusaha memotret ruang wanita yang terjadi. Tapi tidak berusaha menawarkan sebuah gagasan atau konsep

1:34 AM  
Blogger mumu said...

kata bung totot, masak sih kita cuman motret2 mulu, saatnya bersikap dong, menunjukkan pemihakan hueheueheue...

1:06 AM  
Blogger mumu said...

kata bung totot, masak sih kita cuman motret2 mulu, saatnya bersikap dong, menunjukkan pemihakan hueheueheue...

1:07 AM  
Blogger tuhu said...

Hmmm bagus ndak filmnya, aku jadi pengin nonton

12:15 AM  
Blogger oakleyses said...

louis vuitton outlet, oakley sunglasses, michael kors handbags, cheap jordans, prada handbags, uggs outlet, michael kors outlet, oakley sunglasses, uggs on sale, ray ban sunglasses, burberry outlet, tiffany jewelry, uggs on sale, kate spade, gucci handbags, ray ban sunglasses, prada outlet, longchamp outlet, louboutin uk, burberry factory outlet, tory burch outlet, nike air max, tiffany jewelry, christian louboutin, louboutin shoes, oakley sunglasses, cheap oakley sunglasses, chanel handbags, michael kors outlet store, louis vuitton outlet, nike outlet, ralph lauren polo, louis vuitton, christian louboutin, michael kors outlet online, longchamp outlet, uggs outlet, michael kors outlet online, nike air max, longchamp bags, replica watches, ralph lauren outlet, oakley sunglasses, ray ban sunglasses, louis vuitton outlet online, nike free, michael kors

7:30 PM  
Blogger oakleyses said...

converse shoes outlet, salvatore ferragamo, timberland boots, softball bats, herve leger, ray ban, hollister, louboutin, gucci, nike roshe run, iphone cases, beats by dre, mcm handbags, oakley, p90x workout, insanity workout, wedding dresses, abercrombie and fitch, abercrombie, nike air max, mac cosmetics, babyliss pro, valentino shoes, bottega veneta, mont blanc, converse, jimmy choo outlet, hollister clothing, nike air max, north face outlet, new balance shoes, north face outlet, instyler ionic styler, soccer shoes, lululemon outlet, asics running shoes, ghd hair, giuseppe zanotti, soccer jerseys, nfl jerseys, longchamp uk, reebok outlet, nike air huarache, chi flat iron, hermes handbags, vans outlet, polo ralph lauren, celine handbags, nike trainers uk, vans scarpe

7:33 PM  
Blogger oakleyses said...

toms shoes, supra shoes, montre pas cher, ugg uk, juicy couture outlet, moncler, lancel, michael kors outlet online, ugg pas cher, michael kors handbags, barbour, doke & gabbana, michael kors outlet, coach outlet, louis vuitton uk, canada goose jackets, pandora charms, moncler, ugg,ugg australia,ugg italia, links of london uk, moncler jackets, hollister, juicy couture outlet, canada goose outlet, swarovski uk, pandora jewelry, canada goose pas cher, canada goose outlet, marc jacobs, moncler pas cher, thomas sabo uk, swarovski jewelry, karen millen uk, louis vuitton, moncler, moncler uk, sac louis vuitton, canada goose, moncler outlet, louis vuitton, canada goose, wedding dresses uk, ugg,uggs,uggs canada, canada goose uk, sac louis vuitton, moncler, replica watches, barbour jackets uk, bottes ugg pas cher, canada goose jackets

7:33 PM  
Blogger yanmaneee said...

supreme hoodie
hermes online
bape clothing
moncler
yeezy supply
bape hoodie
canada goose outlet
supreme clothing
jordan shoes
supreme

8:56 AM  

Post a Comment

<< Home