pop | arts whatever

Monday, March 03, 2008

Lari dari Blora


Dengan segala kekurangannya, saya cukup suka dengan film ini. Bukan karena perasaan ajaib dan haru bahwa di tengah judul-judul film yang makin absurd (Antara Aku Kau dan Mak Erot? Oke, itu belum seberapa. 40 Hari Bangkitnya Pocong?, Tali Pocong Perawan? Astagaaa) masih ada filmmaker (tak peduli dari generasi mana) yang mau bersusah-payah, menempuh jalan sunyi, memikul risiko untuk tidak populer, dengan mengangkat cerita seperti ini. Melainkan, karena saya memang merasa menyukainya begitu selesai menontonnya.

Dua orang narapidana melarikan diri dari penjara Blora, dan dalam pelariannya mereka memutuskan untuk bersembunyi di Desa Samin. Pada saat yang sama, seorang perempuan asal Amerika (yang telah lama tinggal di Semarang) baru saja datang ke desa itu meneliti ajaran Saminisme yang masih dianut oleh penduduk setempat. Ditambah dengan keberadaan seorang guru muda idealis dari kota yang memperjuangkan anak-anak Samin bisa bersekolah, dua narapidana dan peneliti bule yang cantik itu mengusik masyarakat desa yang sebelumnya hidup tenang dengan cara mereka.

Film dibuka dengan sebuah gambar-ala kartu pos seorang perempuan mengayuh sepeda di jalan yang membelah lereng gunung. Bertemu dengan serombongan laki-laki di keramaian, perempuan tadi langsung meninggalkan sepedanya begitu saja, dan beralih ke boncengan motor salah satu lelaki itu. Adegan ini cukup menjadi penjelasan awal tentang satu sisi masyarakat Samin yang serba “bebas”, termasuk dalam soal pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Selanjutnya, penjelasan lebih jauh tentang masyarakat tersebut membombardir penonton lewat adegan di dalam kelas sebuah sekolah sadar, ketika pak guru muda idealis tadi mengajar sejarah.

Lalu alur berjalan datar, nyaris tanpa konflik yang berarti, lebih banyak penjelasan-penjelasan verbal yang panjang lebar ketimbang gambar-gambar yang dengan kuat “berbicara sendiri”. Pada titik tertentu, verbalitas film ini terasa sampai membosankan, misalnya adegan ketika guru muda idealis itu berdialog dengan sesepuh desa yang dipanggil Simbah, dan lebih-lebih pada adegan ketika guru itu berdebat dengan Pak Lurah yang tidak setuju dengan program menyekolahkan anak-anak Samin. Sampai di sini, penonton bisa menduga bahwa muara dari konflik film ini adalah tarik-menarik antara kepentingan pemerintah (yang ingin mempertahankan “keaslian” masyarakat Samin) dengan pak guru muda idealis (yang berpretensi ingin memajukan masyarakat).

Tapi, ternyata tidak. Film ini melangkah lebih jauh lagi, nyaris tak terduga, dengan melarikannya ke dalam konteks “global”, yakni politik anti terorisme yang tengah gencar didengungkan oleh pemerintah pusat. Perjuangan pak guru muda idealis yang pantang menyerah, ditambah kehadiran peneliti dari Amerika dan dua narapidana pelarian menjadi pintu masuk bagi aparat kapubaten untuk melancarkan operasi keamanan dengan alasan, Desa Samin dicurigai berpotensi menjadi tempat persembunyian aliran sesat pelaku aksi terorisme. Agak maksa? Atau, bahkan terlalu maksa?

Bagi saya, sebenarnya ide mengaitkan ketertutupan masyarakat Samin dengan kemungkinan dijadikannya desa itu sebagai sarang teroris cukup menarik. Sayangnya, indikasi-indikasi yang dimunculkan kurang kuat. Guru muda idealis itu tetaplah hanya seorang guru yang memang masih muda dan idealis. Peneliti asing itu memang dari Amerika, tapi apakah itu serta-merta bisa dicomot sebagai simbol terorisme? Dan, dua narapida itu, setelah “meresahkan warga” dan dengan demikian “mengganggu keamanan”, pada akhirnya hanyalah pintu masuk untuk menguatkan karakter Simbah (diperankan dengan bagus dan selalu mencuri perhatian oleh Rendra) yang eksentrik, aneh, tidak patuh (antara lain karena dia justru “melindungi” dua narapidana yang buron itu).

Film ini barangkali akan jauh lebih kuat seandainya berani memilih fokus, tidak berambisi “bicara besar”, dan “hanya” mengulik-ngulik kehidupan masyarakat Samin itu sendiri di saat ada guru muda yang berjuang menyadarkan pentingnya sekolah bagi anak-anak, ketika ada bule datang untuk meneliti, dan ketika ada dua penjahat bersembunyi di desa. Memperdalam hubungan-hubungan mereka mungkin akan menghasilkan sebuah cerita yang lebih solid dan menggugah, ketimbang hanya “memperalat” mereka sebagai cara untuk memasukkan isu terorisme, sehingga akhirnya meninggalkan banyak lobang dari kisah-kisah kecil yang tak selesai. Kisah cinta antara guru muda idealis dengan sesama rekan guru yang juga anak pak camat, terasa hanya tempelan, atau setidaknya tidak tergarap dengan baik.

Demikian juga, hubungan antara seorang guru muda yang cantik dengan pak camat itu, dibiarkan misterius, tapi toh tidak berfungsi apa-apa bagi keseluruhan cerita. Puncaknya adalah, bagaimana “operasi keamanan” itu kemudian benar-benar dilaksanakan (kendaraan berat tentara menderu-nderu masuk ke desa, melindas motor seorang polisi lokal, lalu satu per satu mereka berlompatan, berbaris, mengokang senjata di dataran yang tandus) terasa begitu berlebihan. Dramatis sih, memang, apalagi diselang-seling dengan adegan bagaimana Simbah dengan tetap karismatik dan ketenangan yang luar biasa mengatasi kepanikan warga. Dramatis, itu kata yang tepat. Tapi, itu hanya terjadi pada bagian sangat akhir dari film ini, setelah sebelumnya nyaris tak terjadi apa-apa, selain penjelasan demi penjelasan, yang panjang lebar, dialog-dialog yang diplomatis, sering terlalu cerdas untuk tokohnya (jadi, yang cerdas sebenarnya penulis skripnya, yang juga sutradara, Akhlis Suryapati) dan kaku, tentang sejarah dan cara hidup masyarakat Samin, di lereng gunung Kabupaten Blora.

14 Comments:

Blogger venus said...

ga pernah dnger nama sutradaranya. orang baru, atau memang aku yg kuper yak? :(

mas mumu, pindah ke wordpress aja napaaaa.....:D

9:24 PM  
Blogger mumu said...

justru, dia orang lama mbak. mantan wartawan/sastrawan. eh mantan apa bukan ya hehehehe

9:50 PM  
Blogger oakleyses said...

louis vuitton outlet, oakley sunglasses, michael kors handbags, cheap jordans, prada handbags, uggs outlet, michael kors outlet, oakley sunglasses, uggs on sale, ray ban sunglasses, burberry outlet, tiffany jewelry, uggs on sale, kate spade, gucci handbags, ray ban sunglasses, prada outlet, longchamp outlet, louboutin uk, burberry factory outlet, tory burch outlet, nike air max, tiffany jewelry, christian louboutin, louboutin shoes, oakley sunglasses, cheap oakley sunglasses, chanel handbags, michael kors outlet store, louis vuitton outlet, nike outlet, ralph lauren polo, louis vuitton, christian louboutin, michael kors outlet online, longchamp outlet, uggs outlet, michael kors outlet online, nike air max, longchamp bags, replica watches, ralph lauren outlet, oakley sunglasses, ray ban sunglasses, louis vuitton outlet online, nike free, michael kors

7:30 PM  
Blogger Medespoir said...

This comment has been removed by the author.

2:19 AM  
Blogger Lola said...

chirurgie esthetique tout compris
augmentation mammaire tunisie
lifting seins tunisie

5:09 AM  
Blogger Lola said...

chirurgie esthétique tunisie pas cher

5:32 AM  
Blogger marie said...

blepharoplastie tarif
ptose des seins

7:17 AM  
Blogger marie said...

blepharoplastie tarif
ptose des seins

7:17 AM  
Blogger marie said...

mastopexie prix

6:45 AM  
Blogger pierre said...

Lipofilling mammaire Tunisie
Chirurgie ventre Tunisie
Liposuccion ventre Tunisie
Lifting faciale Tunisie
Chirurgie paupieres Tunisie
in vitro Tunisie

2:32 AM  
Blogger pierre said...

anneau gastrique Tunisie
Lifting cuisses Tunisie
chirurgie esthetique clinique Medespoir Tunisie
Prix chirurgie esthetique Tunisie
Implant mammaire Tunisie

2:32 AM  
Blogger chirurgie dentaire Tunisie said...

rajeunir visage
chirurgie visage prix tunisie

7:21 AM  
Blogger Unknown said...

operation esthetique

5:22 AM  
Blogger medesthetica said...

anneau gastrique Tunisie
Lifting cuisses Tunisie
chirurgie esthetique clinique chirurgia tours Tunisie
Prix chirurgie esthetique Tunisie
Implant mammaire Tunisie
abdominoplastie Tunisie

2:07 AM  

Post a Comment

<< Home