pop | arts whatever

Tuesday, August 05, 2008

Surat Terbuka untuk "Gerhana Kembar" *)

oleh D Jayadikarta, dari Sidney

Saat menghadiri peluncuran Antologi Cerpen Rahasia Bulan di Aksara Kemang beberapa tahun yang lalu, salah seorang jurnalis sebuah stasiun televisi swasta mendekati saya untuk melakukan wawancaranya. Dan saya dengan tegas menolaknya. Sebagai seorang gay, bukannya saya takut mendapat stigma buruk masyarakat terhadap status orientasi seksual saya, namun saya tak mau, dengan segala prasangka negatif yang sangat intoleran, profil saya ditempatkan dan disamakan dengan seorang pelacur. Padahal saya bukan seorang gigolo, atau seorang laki-laki yang terjerumus di dunia gay (karena saya tidak merasa dijerumuskan, apalagi menjerumuskan diri), dan saya juga bukan pekerja dunia malam lainnya. Saya memiliki karir yang cukup bagus di studio Fox Sydney. Saya telah menulis beberapa cerpen dan pernah dimuat di media massa, dan saya juga telah mempublikasikan novel pertama saya Totem dan saat ini baru saja merampungkan novel kedua. Pendek kata, saya tak kalah sukses dengan beberapa eksekutif muda di Jakarta yang dapat dengan bangga tampil mengisi rubrik-rubrik profil majalah ibukota dan stasiun-stasiun televisi swasta. Namun, pada sebuah wawancara sebuah peluncurun buku di toko buku Aksara (bila saat itu saya menerimanya), profil saya akan berakhir di "Buletin Malam" atau "Jakarta Undercover". Saya tidak akan ditampilkan secara wajar layaknya seorang yang bangga dengan karir dan kehidupannya, namun saya menjadi ikon gelap yang harus bersembunyi (atau dipaksa disembunyikan sehingga berkesan misterius dan dosa) seperti layaknya pelacur di klub-klub murahan ibukota. Hal inilah yang membuat saya menolak mentah-mentah wawancara itu. Bagi kaum gay, mereka sadar dan tahu betul bagaimana tragis dan mirisnya melihat perlakuan media di Indonesia. Tapi bagi masyarakat luas, dunia gay adalah tak lebih dari publikasi media yang penuh kegelapan, misteri, dan dosa.

Dalam kaitannya dengan kasus di atas, setelah membaca Gerhana Kembar, Clara Ng telah menempatkan tema GLBT, baik disengaja ataupun tidak, dalam wacana lain kesusastraan Indonesia. Ia juga telah berani menyampaikan pesan khusus kepada publik bahwa persoalan GLBT tidak lagi dilihat dari sudut pandang negatif yang pada umumnya mencoba menafsirkan kaum gay dari sudut pandang yang sangat totalitarian dan disorientatif , yaitu kaum gay adalah tak ubahnya dengan pendosa, dan prostitusi. Hingga, di Indonesia, bila kita berbicara tentang homoseksualitas, pasti lah media telah dengan salah kaprah menempatkannya dalam program khusus dunia malam daripada menempatkannya pada rubrik profil orang-orang sukses, misalnya. Padahal, menjadi gay, tidak lah bisa melihatnya hanya dari orientasi tertentu saja, yang celakanya orientasi itu sangat homophobic dan negatif. Melainkan mendekonstruksi dan merekonstruksinya ke dalam platform dan perspektif baru, yaitu menjadi gay lebih merupakan pilihan hidup yang sangat dan teramat manusiawi; yaitu permasalahan dunia gay juga tak ubahnya seperti permasalahan masyarakat pada umumnya; berjuang mencari pekerjaan tetap, jatuh cinta dan ditolak, masih berjuang mencari pasangan, masih bergelut untuk melunasi cicilan rumah atau bayar kos, dan lain-lain.

Bila melihat dari sudut pandang seorang penulis seperti Clara Ng ini, ia telah melakukan pendekatan—yang walaupun tidak baru—kepada masyarakat luas; yaitu memandang percintaan hubungan sesama jenis dengan teramat manusiawi tanpa unsur prasangka yang buruk. Sungguh, ini merupakan poin khusus untuk Clara, yang mencoba menggarap novel bertema GLBT. Namun, yang sangat mengecewakan dari literatur-literatur bertema GLBT di Indonesia termasuk Gerhana Kembar ini adalah, saya belum pernah membaca karya para penulis yang memberikan ruang kritik 'khusus yang peduli namun tetap toleran' kepada kaum gay sendiri. Hingga karya-karya semacam Gerhana Kembar ini, untuk kaum gay sendiri, tidak memberikan sesuatu yang baru melainkan proses penyampaian percintaan sesama jenis "biasa" yang dibungkus dalam kemasan yang lebih menyentuh dan manusiawi. Taruh saja bila nama Henrietta saya ganti menjadi Henri dan Diana tetaplah Diana. Novel ini hanya akan berakhir menjadi roman percintaan sepasang kekasih dimasa lalu, seorang laki-laki dan perempuan yang jatuh cinta dengan segala permasalahan percintaan mereka. Dan lucunya, bila pun Clara mengubah percintaan tokohnya menjadi percintaan heteroseksual, saya tetap menikmati membaca Gerhana Kembar seperti layaknya novel percintaan biasa.

Lalu apa bedanya menulis dengan menempatkan karakter gay/lesbian dengan karakter heteroseksual atau sebaliknya bila menulis novel bertema gay tidak menjanjikan apalagi melahirkan kritik dan wacana baru terhadap kehidupan gay sendiri? Bukan kah permasalahan kehidupan gay, khususnya di Indonesia, tidak semata berasal dari penerimaan masyarakat yang homophobic dan media-media yang selalu menghubungkan dunia gay dengan secara salah kaprah dan tragis hingga menjadi gay tak ubahnya menjadi seorang pelacur? Bukan kah permasalahan dunia gay di Indonesia saat ini, bagaimana pun berpulang kembali kepada kaum gay itu sendiri: bagaimana mengubah citra buruk itu ke dalam perspektif baru yang segar; tanpa prasangka yang negatif, bagaimana bergelut untuk menjadi diri sendiri di tengah masyarakat yang masih sangat intoleran terhadap pluralisme, bagaimana mengubah prasangka buruk bahwa menjadi gay bukan lah semata mencari kepuasan seks sesama jenis sebanyak mungkin, melainkan lebih kepada pilihan hidup yang layak dan manusiawi. Sepertinya, Clara Ng tidak atau belum berani melakukan dekonstrusi dan rekonstruksi secara internal terhadap permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan homoseksualitas dan kehidupannya di dalam Gerhana Kembar dan terus terang, sebagai seorang gay yang hidup ditengah prasangka buruk masyarakat, saya sangat dan teramat kecewa karena cerita ini tak ubahnya sebagai bentuk eksplotasi kehidupan gay belaka. Karya ini tidak lebih sebagai sebuah novel percintaan biasa sementara dilain pihak kaum gay sendiri menuntut, jika pun tidak sejauh mendambakan, lebih daripada itu, yaitu karya-karya yang berani memberikan pencerahan dan wacana baru terhadap permasalahan—baik itu internal maupun eksternal--homoseksualitas di Indonesia.

Sydney, 4 Agustus 2008

*) Gerhana Kembar adalah novel karya Clara Ng yang awalnya dimuat sebagai cerita bersambung di Kompas yang banyak mendapat perhatian khusus karena mengangkat kisah percintaan lesbian. Novel ini akan didiskusikan dalam konteks tema besar "Perempuan, Seksualitas dan Media" di Goethe Haus, Jakarta Pusat, Jumat (8/8/08) pukul 19.00 WIB. Menghadirkan Maria Hartiningsih, Ratih Kumala, Alberthiene Endah sebagai pembahas.

2 Comments:

Blogger oakleyses said...

converse shoes outlet, salvatore ferragamo, timberland boots, softball bats, herve leger, ray ban, hollister, louboutin, gucci, nike roshe run, iphone cases, beats by dre, mcm handbags, oakley, p90x workout, insanity workout, wedding dresses, abercrombie and fitch, abercrombie, nike air max, mac cosmetics, babyliss pro, valentino shoes, bottega veneta, mont blanc, converse, jimmy choo outlet, hollister clothing, nike air max, north face outlet, new balance shoes, north face outlet, instyler ionic styler, soccer shoes, lululemon outlet, asics running shoes, ghd hair, giuseppe zanotti, soccer jerseys, nfl jerseys, longchamp uk, reebok outlet, nike air huarache, chi flat iron, hermes handbags, vans outlet, polo ralph lauren, celine handbags, nike trainers uk, vans scarpe

7:32 PM  
Blogger John said...

louis vuitton outlet
louis vuitton
michael kors outlet online
polo ralph lauren
coach factory outlet
gucci outlet
uggs on sale
ugg boots
adidas superstar
uggs clearance sale outlet
oakley sunglasses wholesale
coach outlet
air jordan retro
uggs outlet
abercrombie & fitch
coach outlet
michael kors
oakley sunglasses
jordan concords
michael kors handbags
michael kors outlet online
kd shoes
ray ban sunglasses
louis vuitton backpack
abercrombie and fitch
coach outlet store online
tory burch outlet
adidas originals
mont blanc pens
michael kors outlet
ray ban sunglasses outlet
prada outlet
michael kors outlet online
north face jacket
ugg boots outlet
ugg australia
coach factory outlet
michaek kors handbags
nike trainers
20151225yuanyuan

7:05 PM  

Post a Comment

<< Home