pop | arts whatever

Thursday, October 05, 2006

"Your Sexual Preference, Please!"

Seorang teman menulis di blog-nya begini: My asshole boss asked me when we were at a recess in a meeting, "What is your sexual preference?" There were about a dozen people in the meeting room. Arrrghhhh!!! Man! I thought, this boss is a real jerk!

Saya jadi teringat ketika Ucu Agustin meluncurkan novelnya, Being Ing dan kumpulan cerpen berjudul Dunia di Kepala Alice di ajang Q! Film Festival 2006 September lalu. Dalam acara yang disertai diskusi bertajuk "Homoseksualitas dalam Masyarakat Urban" itu, Ucu "ditembak" oleh seorang peserta, yang intinya, “Ayolah, Cu kalau lu emang lesbian inilah saatnya mengaku dan bergabung bersama kami”.

Si penembak, banyak yang tahu, tak lain Sonia, waria lulusan UGM yang menulis buku Jangan Lepas Jilbabku.

Dengan gayanya yang khas dan blak-blakan Ucu merespon, “Enak kali ya jadi lesbian, pengen sih…”

Saya sendiri, yang kebetulan memoderatori acara peluncuran dan diskusi itu tak luput dari "tembakan". Seorang teman lama yang hadir di acara itu, beberapa hari kemudian meng-SMS saya: Mu, aku akan mereview acara kemarin di blog-ku. Kalau aku sebut bahwa kamu gay, keberatan nggak?

Saya langsung berpikir, segampang itukah –seseorang langsung dikaitkan dengan preferensi seksual tertentu hanya karena dia berada atau terlibat dalam sebuah acara bertema homoseksual?

Saya tidak menganggap orang-orang seperti Sonia, atau teman lama saya itu, atau pun bos teman saya di awal tulisan ini sebagai orang-orang yang naïf. Saya mencoba memahami mereka sebagai bagian dari sesuatu yang sedang berubah di luar sana, mungkin dalam tatanan pergaulan sosial kita. Orang-orang sepertinya mulai mempertimbangkan kembali keberadaan orang di sekitarnya, sekaligus keberadaan mereka sendiri.

Ya, ya, semua orang sedang mendefinisikan dirinya kembali karena dunia tempat mereka hidup ternyata tak seperti yang mereka bayangkan sebelumnya. Atau, dalam bahasa teman saya yang “marah” di blog-nya tadi, "Gue rasa, kita udah nggak bisa lagi ya hidup dalam azas don't ask don't tell”.

2 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Mu, gue pikir2 lg apa kita yg terlalu naif ya dengan menganggap "dunia" di luar sana udah nerima kaum homo dgn santai dan tanpa prasangka apa2?

8:43 PM  
Blogger rokaa said...

شركة تنظيف بالكويت
شركة تنظيف كنبات بالكويت
شركة تنظيف منازل بالكويت
مصبغة غسيل سجاد بالكويت
معلم صحي الكويت
فني صحي

3:43 PM  

Post a Comment

<< Home