pop | arts whatever

Tuesday, March 27, 2007

Blitz

Tentang apa warga kota saling berkabar dalam sepekan ini? Ke mana mereka berbondong-bondong sejak menjelang akhir pekan lalu? Apa yang paling update, heboh dan happening di Jakarta saat ini?

Sebagai anggota barisan depan komunitas anak gaul Jakarta yang tak rela ketinggalan momen sedikit pun, sebagai penikmat sejati kapitalisme hiburan, sebagai orang yang selalu ingin dikomentari (dipuji?) sebagai "beredar banget", malam Minggu (24/3/07) lalu saya dengan penuh semangat meluangkan waktu, meniatkan secara khusus dan menyempatkan diri untuk "meninjau" Blitz.

Saya, sudah barang tentu, tergoda dengan informasi yang menyebar lewat Yahoo Massenger (YM) berikut ini:

Bioskop BARU Lebih SERU !! ...with 11 screens, smoking lounge, food lounge, party room, music dowload, and cool bathroom !! - Be there today and get .." BELI SATU GRATIS SATU" ..hanya hari ini di BLITZ Megaplex Grand Indonesia Lantai 8 ..(masuk lewat depan apartemen Ascott) ... !!

Belakangan, saya baru tahu, iklannya juga dimuat di Kompas.

Kami berempat, bergerak dari Plaza Indonesia. Ketika memasuki areal Grand Indonesia, yang belum seratus persen jadi itu, saya sempat berseloroh, "Ntar kalau pas nonton film kejatuhan batu bata gimana!"

Sampai di areal parkir, saya terbengong-bengong. Baru Blitz saja yang buka, orang yang datang sudah penuh sesak begini, apalagi nanti kalau sudah buka buka semuanya. Kesimpulan "penuh sesak" itu tercermin dari berjubelnya mobil yang parkir. Sampai di dalam, di lantai 8, bayangan saya tentang "penuh sesak" itu semakin nyata. Orang-orang mengantri berderet-deret, tidak hanya di depan meja tiket, tapi juga di depan konter makanan dan minuman.

Orang-orang juga berjubel di berbagai sudut, ramai sekali, dan banyak yang kebingunan mau nonton film apa atau yang mana. Ada 11 studio --3 memutar film Hollywood dan selebihnya film-film dari belahan lain bumi ini. Dalam masa perkenalan ini, kebanyakan film non-Hollywood yang diputar berasal dari Asia. Saya mencari-cari poster-poster dari film-film "asing" yang tengah diputar itu, tapi tak kunjung ketemu.

Akhirnya, kami jalan-jalan, melihat-lihat sudut lain. Blitz menempati dua lantai, dengan areal yang sangat luas. Nuansa merah menyergap mata dan kesan mewah begitu terasa. Apalagi bila memandang ke dinding-dinding kaca, terhampar pemandangan malam Jakarta yang begitu indah. Namun, karena keseluruhan bangunan belum selesai, sambil menyeruput kapucino di food lounge, kau juga bisa melihat tukang-tukang yang sedang lembur.

Di salah satu sudut, akhirnya saya menemukan poster-poster yang saya cari. Salah satunya poster film berjudul The Host, yang memuat komentar Rizal Mantovani: Jantung dibikin deg-degan, perut mules, tegang.

Keesokan harinya, salah seorang teman yang namanya tertera di list YM saya memasang status yang intinya memuji setinggi langit film tersebut. Di milis, ada orang yang posting, isinya juga memuji habis-habisan film itu, dan secara umum ngomongin tentang Blitz. Tiba-tiba seluruh dunia dengan suka rela mempromosikan Blitz, termasuk saya dengan tulisan ini.

Ada lagi teman saya yang juga nonton film yang sama, tapi ketika SMS saya sama sekali tidak berkomentar tentang filmnya, melainkan, "Gue nggak suka tempat duduknya." Tapi, teman saya yang lain lagi punya cerita yang berbeda: Aku nggak suka harus ditanya mbak-mbak yang jaga, sukanya film apa? Akhirnya aku nggak jadi nonton di situ, pindah ke Megaria nonton Jakarta Undercover.

Saya juga tidak jadi nonton malam itu, dengan alasan yang lain. Pertama, karena sejak awal memang hanya berniat "meninjau" --agar kalau ada orang bertanya, lu udah liat Blitz?, dengan bangga saya bisa menjawab, udah dong, iiih keren banget tempatnya!

Kedua, saya malas karena ternyata harga tiketnya maharani alias mahal --Rp 50 ribu untuk film Hollywood dan Rp 40 ribu untuk non-Hollywood. Padahal, jauh-jauh hari sebelumnya sudah tersiar bahwa tiket di Blitz hanya Rp 25 ribu --dan, oleh karenanya Bioskop 21 buru-buru menurunkan secara drastis harga tiket mereka.