pop | arts whatever

Tuesday, September 18, 2007

Opera Jawa: Surat Kesedihan Garin Nugroho

Saya menulis ulasan untuk film Opera Jawa karya Garin Nugroho yang diputar di Blitz mulai 6 September lalu, dan telah saya unggah di blog baru saya http://rumputeki.multiply.com Sekaligus ulasan tersebut saya posting ke milis dunia-film, dan mendapat tanggapan dari beberapa teman. Antara lain dari seorang staf Pusat Kebudayaan Perancis (CCF) di Jakarta Yosef Indra yang mengaku sedih setelah menonton film itu karena menurutnya penggabungan berbagai unsur seni dalam Opera Jawa menyisakan pertanyaan, di mana letak estetika dari sinemanya sendiri?

Penyataan kesedihan Yosef kemudian mendapat tanggapan dari Aryadni Nataya yang mengatakan, "...akan lebih sedih lagi kalau melihat The Wall. Akan lebih sedih lagi sebetulnya kalau melihat acara-acara festival yang partisipannya anak muda semua. Ini anak-anak yang nggak menyerah sama apapun, lho Mas. Terus berkarya apa pun yang terjadi. Yang membuat saya sedih adalah dengan bakat dan ide-ide semembludak itu, sebetulnya, di sini yang kita perlu adalah orang-orang yang betul-betul bisa mengarahkan mereka ke jalan yang 'baik dan benar', secara profesional, secara kontekstual dan konseptual sehingga bakat dan ide-ide mereka tidak berlarian ke sana ke mari tanpa arah yang jelas.

Aryandi juga prihatin karena, "Yang maju, majuuu sendirian sampai sukses dan berhenti sampai di situ, ada yang berkarya terus tapi karyanya nggak ketahuan, yang punya link dan networking baik tapi karya dan bakatnya pas-pasan justru terekspos dan dijadikan contoh di mana-mana. Padahal, contoh kan nanti akan dicontoh (lagi), dan diharapkan memberikan inspirasi tapi malah tanpa sadar menyebarluaskan kesalahkaprahan. Akhirnya sebelum kita tahu, kita semua sudah terjebak di lingkaran setan yang nggak putus-putus. Di mana di dalam lingkaran itu terjebak orang-orang yang sebetulnya karyanya nanggung dan ilmunya tidak setinggi yang orang-orang kira.

Akhirnya diskusi di milis itu sampai juga ke telinga Garin Nugroho, yang kemudian mengirimkan tanggapannya, begini:

Yth sahabat Mumu, Yosef Indra, Aryadni, sahabat-sahabat lainnya.

Terima kasih atas segala kritik, pujian dan pikiran-pikirannya.

Tentang kesedihan, saya pun sering berulang-ulang merasa seperti itu, baik ketika menyaksikan suatu kondisi penciptaan yang buruk maupun yang luar biasa. Kesedihan adalah bagian dari energi penciptaan untuk diri kita belajar sekaligus khawatir untuk terus mampu mengelola diri kita dengan rendah hati, terbuka, namun sangat kompetitif untuk melakukan pencapaian.

Kesalahan yang sering terjadi, menurut pandangan pribadi saya yang terbatas, karena kita sudah cepat puas dan merasa tidak ada penciptaan lain di luar diri kita yang mengagumkan, yang membuat kita cemburu dan mendorong kemarahan untuk mencipta. Artinya, kesalahan yang terjadi seakan di dunia ini, kitalah pengukur dan penggerak segalanya.

Di sisi lain, kesalahan kita apabila kita tak lagi khawatir terhadap kondisi sekitar kita, sekiranya penciptaan semakin tidak memberi ruang tumbuh pada bakat, dan kita hidup dalam hipokrasi ketidak mampuan kita melakukan perlawanan atau pun bargaining ataupun kompromi yang kritis.

Akhir kata, saya sangat hormat terhadap kesedihan, pujian, juga kritik terhadap keterbatasan Opera Jawa. Saya selalu bilang pada setiap kali mencipta, "Tidak ada karya saya yang sempurna, tapi melakukan penciptaan dengan percobaan-percobaan meski penuh kegagalan adalah jauh bernilai, karena itu akan memberi inspirasi".

Waktu film ini meraih Film Terbaik Asia, saya katakan, "Film ini sama sekali tidak penting, tapi upaya mempertemukan film dengan seni-seni lain, yang langka tumbuh, menjadi penting, karena di situlah berbagai kegagalan ditemukan tetapi juga hal-hal baru lahir."

Saya baru saja sangat sedih sekaligus cemburu dan bodoh serta kagum menyaksikan karya-karya perupa Salvador Dali dalam mencipta ketika kerjasama dengan Walt Disney atau pun Alfred Hitchcok, dll (di Museum London). Beberapa karya itu gagal terwujud dan kemudian direkonstruksi, dan dari rekonstruksi yang tidak sempurna itu kita menemukan upaya kerja sama yang memberi inspirasi pada diri kita, bahwa disiplin seni dan ilmu lain memberi daya hidup penciptaan.

Bahkan saya pun setiap melihat kembali Opera Jawa, saya sering sedih, melihat begitu banyak kegagalan di situ, namun saya juga sadar, bahwa ada banyak yang bernilai yang akan disebarkan.

Saya juga baru saja menyaksikan Pameran Lukisan Raden Saleh dan Perayaan Affandi di Jogja, begitu banyak bakat baru dan penciptaan yang membuat saya merasa bodoh, sedih namun mendorong saya untuk menggali baru.

Film saya yang baru akan dilakukan di Bali dan saya sedang berjalan bertemu dengan maestro-maestro tari Bali. Banyak yang bertanya, "Apakah Anda tidak takut untuk gagal dengan mengajak maestro-maestro berusia 80-90 tahun?" Tentu saja saya khawatir, namun bagi saya, ketika film itu gagal, namun mampu berdialog dan merekam para maestro tari yang murid-muridnya menggemparkan Broadway tahun 1950-an adalah suatu kehormatan dan nilai itu sendiri. Proses dialog dan rekaman itu jauh lebih penting dari diri saya dan karya saya. Karena kemampuan diri sangatlah kecil dibanding kehidupan yang harus kita hormati.

SET tahun ini berusia 20 tahun, untuk itu kami melakukan workshop dengan kerjasama sponsor dan mengundang banyak pembimbing dan pengajar baik dari Indonesia dan Luar: John de Rantau, Monty, John Tores (Philipina), Hanung, Gotot Prakosa, Lulu Ratna, David Hanan (Australia), Wulan Guritno, Anchalee (kritikus Thailand), Enison, dll. Tujuannya sederhana, sebisa mungkin memberi ruang penciptaan dan segala keterbatasan.

Dan, kita di sini bisa mengakses banyak komunitas dengan berbagai bentuk workshop dan kerja yang luar biasa, di sinilah ruang untuk menemani kesedihan menjadi energi penciptaan, kekaguman menjadi transfer pengetahuan, kritik menjadi referensi, dan dialog menjadi forum berbagi.

Salam hormat,

Garin Nugroho
Sains Estetika dan Teknologi
Jl. Sinabung No 4-B Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Indonesia 12120
Telp (62-21) 72799227 (Hunting)
Fax (62-21) 7229638
Mobille: 0813 10699 493

e-mail : set@..., setfoundation@...